Pbi.umsid.ac.id – Kurikulum Merdeka, yang merupakan inovasi terbaru di dunia pendidikan Indonesia, telah diterapkan di berbagai sekolah, termasuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Penelitian terbaru oleh Shinta Amalia Ferdaus dan Dian Novita dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo mengungkap bagaimana penerapan kurikulum ini dalam pembelajaran Bahasa Inggris di salah satu SMK di Sidoarjo.
Penelitian ini mengangkat berbagai aspek yang dihadapi dalam implementasi kurikulum baru tersebut.
Baca juga: Tim PBI Umsida Tingkatkan Literasi di SD Zainuddin Ngeni
Pembelajaran yang Lebih Fleksibel dan Berpusat pada Siswa
Kurikulum Merdeka dirancang dengan fokus pada kebebasan belajar mengajar, memberikan otonomi lebih besar kepada guru dan siswa.
Di SMK yang diteliti, kurikulum ini menggeser pendekatan pembelajaran yang sebelumnya berpusat pada guru menjadi lebih berpusat pada siswa.
Guru berperan sebagai fasilitator, sementara siswa didorong untuk aktif berpikir kritis, kreatif, dan mandiri. Hal ini sejalan dengan tujuan dari Profil Pelajar Pancasila, yang mengutamakan kemandirian, kreativitas, serta kemampuan berpikir kritis.
Penerapan Modul Pengajaran yang Lebih Ringkas
Dalam Kurikulum Merdeka, format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dulu digunakan telah digantikan dengan modul pengajaran yang lebih ringkas.
Modul ini hanya memerlukan satu lembar untuk setiap pertemuan, memungkinkan guru untuk fokus pada pengembangan materi ajar yang lebih menarik dan dinamis.
Selain itu, guru juga bebas menentukan elemen-elemen pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga proses belajar lebih fleksibel.
Kebebasan dalam Memilih Bahan dan Media Pembelajaran
Guru dan siswa diizinkan untuk memilih bahan ajar secara mandiri, terutama melalui sumber-sumber digital seperti internet. Kebebasan ini menciptakan ruang kreatif yang luas bagi guru dan siswa untuk mengakses berbagai informasi pendidikan yang relevan.
Media pembelajaran yang digunakan juga bervariasi, mulai dari alat sederhana seperti papan tulis hingga teknologi seperti WhatsApp dan speaker Bluetooth untuk aktivitas mendengarkan.
Penilaian yang Lebih Variatif dan Terfokus
Penilaian dalam Kurikulum Merdeka dilakukan secara variatif, meliputi penilaian diagnostik, formatif, dan sumatif.
Guru bebas menentukan metode penilaian yang sesuai dengan materi ajar dan kondisi siswa.
Misalnya, dalam pembelajaran teks prosedur, guru menerapkan penilaian formatif yang fokus pada pemahaman dan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok.
Dengan demikian, penilaian tidak hanya menilai hasil akhir, tetapi juga proses pembelajaran siswa.
Baca juga: Tips Lulus Kuliah Lebih Cepat
Tantangan dalam Penerapan Kurikulum Merdeka
Meskipun Kurikulum Merdeka menawarkan banyak keuntungan, terdapat tantangan dalam penerapannya.
Salah satu hambatan utama adalah transisi dari pembelajaran yang berpusat pada guru ke pembelajaran yang berpusat pada siswa. Banyak siswa yang masih kurang percaya diri untuk aktif berpartisipasi dalam diskusi kelas.
Guru juga menghadapi tantangan dalam menyesuaikan metode pengajaran yang sesuai dengan karakteristik dan latar belakang siswa yang beragam.
Peluang untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa
Walaupun menghadapi berbagai tantangan, Kurikulum Merdeka menawarkan peluang besar untuk meningkatkan kreativitas dan kemandirian siswa.
Guru didorong untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan interaktif, sehingga siswa merasa lebih bebas dan termotivasi untuk belajar.
Dengan pendekatan ini, siswa diharapkan mampu menghadapi tantangan masa depan dengan keterampilan yang inovatif dan berpikir kritis.
Kurikulum Merdeka Membuka Jalan Menuju Pembelajaran Berbasis Siswa
Penerapan Kurikulum Merdeka di SMK menunjukkan perubahan signifikan dalam proses belajar mengajar.
Dengan pendekatan yang lebih fleksibel dan berpusat pada siswa, kurikulum ini diharapkan mampu mendorong perkembangan siswa yang lebih kreatif dan mandiri.
Meskipun tantangan masih ada, potensi yang ditawarkan oleh kurikulum ini memberikan harapan bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.