pbi.umsida.ac.id — Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan (FPIP) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) kembali mengadakan Studium Generale yang bertujuan untuk memberikan wawasan baru kepada mahasiswa dan pendidik tentang penerapan Artificial Intelligence (AI) dan Deep Learning dalam dunia pendidikan. Kegiatan ini berlangsung dengan tema yang sangat menarik, yakni “Empowering English Educators: Building Skills for Dynamic and Interactive Classrooms” pada Senin, 23 Juni 2025, melalui platform daring Zoom.
Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 70 peserta, termasuk 50 mahasiswa, dan 20 guru serta dosen dari berbagai sekolah mitra PBI Umsida. Acara ini dibuka oleh Dr Septi Budi Sartika MPd, Dekan FPIP dan dipandu oleh Dewi Nawang Wulan sebagai moderator.
Menyongsong Era Digital melalui Studium Generale
Dekan FPIP juga berharap kegiatan Stadium Generale ini bisa berkelanjutan dan berdampak untuk mahasiswa dan banyak orang. “Kegiatan ini kami rasa sangat bagus ya, sangat perlu dilakukan secara continue sehingga nanti skill atau keterampilan mahasiswa tidak hanya sekedar kuliah di kelas tapi juga ada pengetahuan tambahan dari para narasumber terutama dari lintas negara atau lintas benua,” jelasnya.
Dr Fika Megawati MPd, Kaprodi PBI Umsida, menjelaskan bahwa tujuan utama dari diadakannya Studium Generale ini adalah untuk memberikan exposure kepada mahasiswa PBI. “Kami ingin mahasiswa PBI memiliki kesempatan untuk mendalami ilmu tidak hanya secara teori, tetapi juga mendengarkan langsung dari para pakar internasional tentang bagaimana AI dan Deep Learning dapat diterapkan dalam dunia pendidikan,” ujar Dr Fika.
Lihat Juga: Mahasiswa PBI Berangkat LOEI International Internship Program, Siap Raih Pengalaman Internasional
Ia menambahkan bahwa kegiatan ini juga bertujuan untuk mengembangkan kompetensi mahasiswa dalam bidang pendidikan bahasa Inggris dengan memahami perkembangan teknologi yang dapat menunjang proses pembelajaran di kelas.
Dalam Studium Generale kali ini, terdapat tiga narasumber utama yang sangat berkompeten di bidangnya, yaitu Prof Mostari Hind Amel PhD dari Djillali Liabes University, Aljazair; Mrs Prapawarin Pairin dari Princess Chulabhorn Science High School Loei, Thailand; dan Wahyu Taufiq MEd dari PBI Umsida.
“Melalui kegiatan ini, kami berharap mahasiswa PBI dapat memperoleh wawasan tentang bagaimana teknologi dapat meningkatkan kualitas pengajaran mereka, baik di tingkat sekolah dasar, menengah, maupun tinggi,” lanjut Dr Fika.
Pembicara Internasional Membagikan Pengetahuan tentang Pendidikan Berbasis Teknologi
Dalam sesi kuliah umum, Prof Hind berbicara tentang penerapan AI dalam pendidikan dengan fokus pada linguistik terapan dan pendidikan berbasis teknologi. Prof Hind menyampaikan bagaimana teknologi, khususnya AI, dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui pendekatan yang lebih teoritis namun juga praktis untuk diterapkan di kelas. “AI bukan hanya alat, tetapi bisa menjadi mitra dalam proses pembelajaran yang mengubah cara kita mengajar dan memahami materi,” ujar Prof Hind.
Mrs Prapawarin Pairin atau yang akrab disapa Claire yang merupakan seorang mentor di Princess Chulabhorn Science High School Loei, Thailand, juga memberikan materi mengenai pengembangan pendidikan bahasa Inggris di tingkat sekolah menengah. Ia berbagi pengalamannya dalam menggunakan AI tools untuk meningkatkan pengajaran dan membimbing siswa untuk memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. “Penggunaan teknologi seperti AI dapat memperkaya proses pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk tantangan di dunia digital yang terus berkembang,” jelas Mrs Pairin.
Keterampilan Penting bagi Calon Guru Bahasa Inggris
Selain berbicara tentang aplikasi teknologi dalam pembelajaran, Dr Fika juga menekankan pentingnya digital literacy bagi mahasiswa dan calon guru. Ia mengatakan, “Sebagai calon guru, kita harus terus mengembangkan keterampilan kita, terutama dalam hal digital literacy. Teknologi, khususnya AI, sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, dan kita harus bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.”
Dr Fika juga menyampaikan bahwa meskipun teknologi sangat penting, ada hal yang tidak boleh dilupakan dalam penggunaan AI, yaitu critical thinking dan pendekatan yang seimbang antara teknologi dan kemampuan berpikir manusia. “AI harus dipahami sebagai alat bantu, bukan pengganti guru. Sebagai pendidik, kita harus tetap menjaga esensi dari empati dan etika dalam proses belajar mengajar,” tambahnya.
Studium Generale ini menjadi ajang yang sangat bermanfaat untuk membuka wawasan mahasiswa PBI Umsida. Dengan keterlibatan narasumber internasional yang berpengalaman, kegiatan ini diharapkan dapat menginspirasi mahasiswa untuk terus mengembangkan kemampuan mereka dalam menghadapi tantangan teknologi di dunia pendidikan. Ke depan, Dr Fika berharap dan mengusahakan kegiatan ini bisa menjadi rutin dan dilaksanakan setidaknya sekali setiap semester untuk terus memperkaya pengetahuan mahasiswa PBI dan meningkatkan kompetensi mereka sebagai calon guru bahasa Inggris.
Penulis: Mutafarida