pbi.umsida.ac.id — Pemahaman listening comprehension masih menjadi tantangan besar bagi mahasiswa Indonesia dalam belajar Bahasa Inggris. Menjawab persoalan ini, penelitian yang dilakukan oleh Dr Vidya Mandarani MHum, dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), mengungkapkan bahwa penerapan strategi Top-Down dan Bottom-Up terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa memahami teks lisan berbahasa Inggris.
Tantangan dalam Pembelajaran Listening di Indonesia
Bahasa Inggris bukan bahasa ibu masyarakat Indonesia, sehingga wajar bila keterampilan listening sering kali dianggap paling sulit. Banyak mahasiswa mengalami kendala memahami ucapan penutur asli, menangkap makna dari audio, hingga menyesuaikan dengan kecepatan berbicara. Hal ini diperparah dengan keterbatasan kosakata, variasi accent, serta kurangnya pengalaman dalam memprediksi makna dari konteks.
Menurut Dr Vidya, masalah utama mahasiswa terletak pada kesulitan mengenali bunyi, memahami struktur tata bahasa, serta menafsirkan arti kata atau kalimat dalam waktu singkat. “Ketika satu pesan baru saja dipahami, mahasiswa sering kehilangan pesan berikutnya karena kecepatan berbicara penutur asli,” jelasnya.
Lihat Juga: Tapak Suci Umsida Persembahkan Medali Emas Lewat Alfzehra Muhammad Cajuizi
Penelitian ini menegaskan bahwa tanpa keterampilan listening yang baik, mahasiswa akan kesulitan mengembangkan kemampuan speaking maupun keterampilan berbahasa Inggris lainnya. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang tepat agar mahasiswa mampu memahami pesan lisan secara lebih efektif.
Penerapan Strategi Top-Down dan Bottom-Up dalam Kelas Listening
Strategi Top-Down menekankan penggunaan pengetahuan sebelumnya (skemata) untuk memahami informasi yang didengar. Misalnya, saat mendengar percakapan di restoran, mahasiswa mengaitkan konteks dengan pengalaman pribadi tentang bagaimana suasana restoran. Dengan cara ini, mereka lebih mudah menangkap makna keseluruhan.
Sementara itu, strategi Bottom-Up berfokus pada analisis detail berupa bunyi, arti kata, hingga tata bahasa. Dalam contoh percakapan di restoran, mahasiswa diarahkan mengenali kosakata kunci seperti menu makanan, cara memesan, dan ungkapan penting lainnya.
Penelitian Dr Vidya menerapkan kedua strategi ini dalam tiga tahapan utama:
- Pre-listening – Mahasiswa dipersiapkan dengan topik, kosakata penting, serta konteks percakapan.
- While-listening – Mahasiswa diminta memprediksi informasi penting, mencatat detail, dan menjawab pertanyaan sesuai isi audio.
- Post-listening – Mahasiswa didorong untuk menanggapi, mendiskusikan, dan menyimpulkan informasi yang didengar.
Hasilnya, kombinasi Top-Down dan Bottom-Up membuat mahasiswa lebih aktif, tidak hanya menebak makna secara global, tetapi juga memahami detail penting dalam percakapan. “Dengan strategi ini, mahasiswa tidak hanya mendengar, tetapi juga belajar menafsirkan, menyimpulkan, dan merespons pesan,” tegas Dr Vidya.
Hasil Penelitian dan Implikasi bagi Pengajaran Bahasa Inggris
Penerapan strategi Top-Down dan Bottom-Up terbukti mampu membantu mahasiswa mengatasi hambatan listening. Mereka lebih percaya diri, tidak mudah frustasi, serta mampu menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Selain itu, mahasiswa juga dilatih lebih teliti dalam mengenali bunyi, kosakata, dan struktur kalimat.
Menurut Dr Vidya, kelebihan strategi ini terletak pada keseimbangannya. Mahasiswa tidak hanya terpaku pada arti kata demi kata, tetapi juga belajar memahami konteks besar dari percakapan. Namun, kelemahan strategi ini muncul jika mahasiswa tidak memiliki cukup kosakata atau gagal membangun konteks yang sesuai, sehingga pemahaman bisa tetap terhambat.
Lihat Juga: Mahasiswa PBI Umsida Jalani PLP II Mandiri di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo
Penelitian ini menyarankan agar dosen Bahasa Inggris lebih aktif memanfaatkan kedua strategi tersebut dalam pembelajaran. Dengan pendekatan ini, mahasiswa akan terbiasa menghadapi berbagai jenis teks lisan, baik formal maupun informal, serta siap berinteraksi dalam percakapan nyata.
“Kesuksesan listening comprehension bukan hanya soal strategi, tetapi juga motivasi dari pengajar dan kesiapan mahasiswa untuk aktif berpartisipasi,” pungkas Dr Vidya.
Hasil penelitian ini menegaskan pentingnya inovasi dalam metode pengajaran Bahasa Inggris di perguruan tinggi. Dengan dukungan strategi Top-Down dan Bottom-Up, mahasiswa diharapkan mampu meningkatkan keterampilan listening secara signifikan, sekaligus memperkuat kompetensi berbahasa Inggris secara keseluruhan.
Penulis: Mutafarida