pbi.umsida.ac.id — Bahasa yang digunakan dosen dalam interaksi kelas tidak hanya berfungsi sebagai alat penyampaian materi, tetapi juga berpengaruh pada motivasi, kenyamanan, dan kepercayaan diri mahasiswa. Penelitian yang dilakukan oleh Sheila Agustina MPd, dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (FPIP Umsida), mengkaji fenomena kesantunan berbahasa dengan fokus pada strategi face-saving (menyelamatkan muka) dan face-threatening (mengancam muka) yang digunakan dosen dalam mengajar.
Studi ini dilakukan melalui observasi di kelas pada enam dosen dengan perbedaan gender dan pengalaman mengajar. Hasilnya menunjukkan bahwa dosen perempuan lebih sering menggunakan strategi face-saving, sementara dosen laki-laki cenderung menghasilkan lebih banyak ungkapan face-threatening. Menariknya, dosen dengan pengalaman mengajar lebih singkat lebih banyak menggunakan strategi penyelamatan muka dibandingkan mereka yang sudah berpengalaman lama.
Strategi Bahasa dan Dampaknya pada Interaksi Kelas
Bahasa menjadi kunci penting dalam mengelola kelas. Penelitian ini mengungkapkan bahwa dari 547 tuturan dosen yang diamati, terdapat 379 ungkapan face-saving dan 168 ungkapan face-threatening. Angka ini menunjukkan bahwa mayoritas dosen lebih memilih menjaga harga diri mahasiswa melalui strategi kesantunan.
“Strategi kesantunan bukan sekadar basa-basi, melainkan bentuk komunikasi yang menjaga martabat mahasiswa. Ini penting agar interaksi kelas berjalan kondusif,” jelas Sheila Agustina.
Pada strategi face-saving, dosen cenderung menggunakan kalimat tidak langsung, memberikan pilihan, serta menghindari perintah keras. Misalnya dengan ungkapan “Bagaimana kalau kita coba cara lain?” atau “Saya tahu kamu sibuk, tapi bisakah mengerjakan tugas ini?” Sebaliknya, strategi face-threatening lebih sering terlihat dalam bentuk instruksi langsung seperti “Kerjakan sekarang!” yang dapat memicu rasa tertekan pada mahasiswa.
Perbedaan Gender dan Pengalaman dalam Praktik Kesantunan
Penelitian ini juga menemukan pola menarik antara gender dan pengalaman mengajar. Dosen perempuan terbukti lebih sering menggunakan tuturan penyelamatan muka dengan total 294 kali, sementara dosen laki-laki tercatat 85 kali. Namun, dosen laki-laki justru lebih bervariasi dalam menerapkan strategi kesantunan, seperti penggunaan humor untuk mencairkan suasana kelas.
Selain itu, pengalaman mengajar turut memengaruhi pola kesantunan. Dosen dengan pengalaman mengajar lebih singkat menggunakan strategi face-saving hingga 304 kali, jauh lebih tinggi dibandingkan dosen berpengalaman lama yang hanya 75 kali. Hal ini menunjukkan bahwa dosen muda lebih berhati-hati menjaga perasaan mahasiswa, sedangkan dosen senior lebih tegas dalam menyampaikan instruksi.
Implikasi untuk Pengajaran Bahasa Inggris
Temuan ini memberikan kontribusi penting bagi praktik pengajaran bahasa Inggris di perguruan tinggi. Strategi kesantunan bukan hanya soal gaya komunikasi, tetapi juga berperan dalam membentuk motivasi belajar mahasiswa. Dengan menjaga keseimbangan antara ketegasan dan kesopanan, dosen dapat menciptakan suasana kelas yang lebih nyaman dan produktif.
“Pengajar perlu sadar bahwa pilihan kata dan cara berbicara memiliki dampak besar pada psikologis mahasiswa. Pola komunikasi yang tepat bisa meningkatkan motivasi dan menciptakan pengalaman belajar yang positif,” ungkap Sheila.
Penelitian ini menegaskan bahwa kesantunan berbahasa merupakan bagian dari kompetensi penting bagi seorang pengajar. Dengan memahami perbedaan gender dan pengalaman dalam praktik komunikasi, dosen dapat merancang strategi pengajaran yang lebih humanis, relevan, dan efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
Penulis: Mutafarida