pbi.umsida.ac.id – Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), melalui Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), terus berinovasi dalam pembelajaran literasi dengan memanfaatkan teknologi digital. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Vidya Mandarani dan Fika Megawati, dosen PBI di Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan (FPIP), menunjukkan efektivitas pendekatan Digital Storytelling (DST) berbasis multiliterasi dalam meningkatkan pemahaman literasi siswa.
Penelitian ini, yang melibatkan 25 mahasiswa PBI Umsida, mengungkap bagaimana literasi dapat ditransformasi menjadi narasi digital yang menarik. Kegiatan ini tidak hanya memperkenalkan literasi kepada mahasiswa dengan cara yang kreatif, tetapi juga memanfaatkan teknologi digital untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih interaktif dan bermakna.
Mengapa Digital Storytelling?
DST merupakan perpaduan antara storytelling tradisional dengan media digital. “Digital storytelling memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dengan teks literasi melalui pendekatan multiliterasi,” ungkap Vidya Mandarani. Proses ini melibatkan penggunaan teknologi untuk menciptakan narasi multimedia yang mencakup elemen visual, audio, dan teks.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa DST mampu:
- Meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif.
- Membantu mahasiswa memahami elemen narasi seperti karakter, tema, dan alur cerita.
- Memotivasi siswa untuk lebih percaya diri dalam berbicara bahasa Inggris.
Fika Megawati menambahkan, “DST tidak hanya membantu siswa memahami literasi, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan abad ke-21 dengan keterampilan teknologi dan komunikasi yang lebih baik.”
Bagaimana Proses Digital Storytelling Dilakukan?
Dalam penelitian ini, mahasiswa diminta untuk memilih teks literasi seperti cerita rakyat atau novel pendek, kemudian mentransformasinya menjadi narasi digital. Proses ini dilakukan melalui empat tahap pendekatan multiliterasi:
- Situated Practice: Mahasiswa memahami konteks cerita melalui diskusi dan kegiatan interaktif.
- Overt Instruction: Mahasiswa diajarkan elemen narasi serta cara menggunakan alat digital untuk membuat cerita.
- Critical Framing: Mahasiswa menganalisis elemen cerita, seperti nilai moral dan motivasi karakter, untuk menyusun narasi mereka.
- Transformed Practice: Mahasiswa mengubah cerita menjadi narasi digital dengan memanfaatkan alat seperti animasi, gambar digital, atau boneka.
Salah satu mahasiswa, saat diwawancarai, mengungkapkan, “Proyek ini membantu saya memahami elemen teks literasi dengan cara yang lebih praktis. Saya juga menjadi lebih percaya diri dalam berbicara bahasa Inggris.”
Tantangan dan Manfaat
Proses menciptakan DST tidak lepas dari tantangan. Salah satu tantangan utama adalah menyederhanakan cerita panjang tanpa kehilangan pesan utama. Selain itu, mahasiswa juga harus mempelajari teknologi baru untuk menghasilkan narasi yang menarik.
Namun, manfaat yang dirasakan jauh lebih besar. “DST membantu kami tidak hanya memahami teks literasi, tetapi juga melatih keterampilan teknologi yang akan sangat berguna dalam dunia kerja,” ungkap salah satu peserta.
Dampak dan Harapan
Pendekatan DST berbasis multiliterasi yang diterapkan di PBI Umsida menunjukkan hasil positif. Selain meningkatkan keterampilan literasi mahasiswa, metode ini juga membantu mereka mengembangkan keterampilan abad ke-21, seperti berpikir kritis, kolaborasi, dan kreativitas.
“Melalui DST, kami berharap mahasiswa dapat menjadi pendidik yang inovatif dan mampu mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran,” jelas Vidya Mandarani. Ke depan, PBI Umsida berkomitmen untuk terus menghadirkan metode pembelajaran berbasis teknologi yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Dengan inovasi seperti ini, PBI Umsida tidak hanya memperkuat pembelajaran literasi, tetapi juga membekali mahasiswa dengan keterampilan yang diperlukan untuk sukses di dunia pendidikan modern.
Penulis: Mutafarida