pbi.umsida.ac.id — Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Ilmu Psikologi dan Pendidikan (FPIP), Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) kedatangan mahasiswa baru yang nggak biasa.
Namanya Jaka. Di saat teman-teman lain masih sibuk adaptasi sama tugas-tugas kuliah, Jaka udah sibuk ngatur layout interior, ngerender desain, dan ngobrol sama klien dari luar kota.
Iya, mahasiswa baru ini punya bisnis desain interior yang udah jalan sejak sebelum dia resmi jadi anak kampus.
“Aku mulai tertarik desain rumah sejak kelas 11, awalnya gara-gara nonton channel YouTube orang luar. Dari situ aku mulai belajar sendiri, nyari referensi di media sosial, dan akhirnya jatuh cinta sama dunia desain” cerita Jaka.
Dari situ, Jaka mulai ngulik software desain kayak SketchUp, AutoCAD, dan D5 Render. Semua dipelajari secara otodidak, tanpa mentor khusus.
Yang menarik, Jaka bukan tipe yang suka banyak bicara soal pencapaiannya. Tapi begitu diajak ngobrol soal desain, matanya langsung berbinar.
Ada semacam semangat yang nggak bisa disembunyikan semacam keyakinan bahwa ini bukan sekadar hobi, tapi jalan hidup yang sedang ia bangun pelan-pelan.
Bahasa Inggris: Jembatan Menuju Dunia Desain Profesional

Waktu lulus dari SMK Perbankan Syari’ah, Jaka sempat mempertimbangkan berbagai pilihan besar—ikut militer, kuliah arsitektur, atau langsung kerja.
Tapi hidup punya caranya sendiri untuk mengarahkan langkah. Setelah berbagai pertimbangan, Jaka akhirnya memilih masuk jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Umsida
. Bukan pilihan utama, tapi bukan juga keputusan yang ia sesali.
“Aku pikir Bahasa Inggris itu tetap penting, apalagi kalau suatu saat ingin menjalin kerja sama dengan mitra dari luar negeri. Bahasa Inggris sangat berguna sebagai sarana memperluas komunikasi dan relasi,” jelasnya.
Pilihan jurusan ini ternyata memberi nilai tambah yang signifikan.
Kemampuan berbahasa Inggris membuat Jaka lebih percaya diri saat presentasi desain, terutama kepada klien dari
berbagai daerah di Indonesia. Ia bisa menjelaskan konsep dengan bahasa yang profesional dan membangun komunikasi yang lebih terbuka.
Meski bidang studinya tidak langsung berkaitan dengan desain, Jaka percaya bahwa setiap ilmu bisa saling melengkapi.
Bahasa menjadi alat strategis untuk membawa karyanya ke panggung yang lebih luas.
Proyek, Lomba, dan Mimpi Besar

Portofolio Jaka udah lumyan padat. Ia pernah ngejain interior kafe untuk sekolah luar, bantu rendering proyek mitra arsitektur di jogja, dan bahkan masuk 10 besar lomba rendering Tingkat nasional.
“Sekarang aku lagi nunggu kontrak proyek pembangunan di Jogja. Masih proses, tapi semoga lancer,” katanya.
Fokusnya sekarang memang lebih ke interior. “Desain rumah itu butuh ilmu lebih dalam. Jadi aku pengen kuliah lagi nanti, ambil S1 Arsitektur,” ujarnya mantap.
Soal klien, Jaka lebih banyak kerja sama dengan mitra arsitektur dari luar.
“Aku belum banyak promosi ke teman kampus. Tapi aku bangun personal branding lewat lomba dan media sosial. Instagram dan TikTok itu senjata utama,” jelasnya.
Pesan dari Jaka: Jangan Takut Punya Passion Lain

Dengan jadwal kuliah, ngajar, dan proyek desain yang datang silih berganti, Jaka harus pintar-pintar bagi waktu.
Tidur jadi barang mewah, kadang cuma bisa nyuri waktu istirahat di sela-sela revisi desain atau tugas kuliah.
Tapi buat Jaka, semua itu bagian dari perjalanan yang ia pilih sendiri dan ia nikmati, meski kadang harus tarik napas panjang dulu sebelum lanjut.
Kalau ditanya siapa tokoh yang paling menginspirasi, Jaka langsung nyebut nama Zaha Hadid.
“Dia arsitek perempuan dari Irak yang karyanya keren banget. Salah satunya kompleks Heydar Aliyev di Azerbaijan. Gaya desainnya beda, berani, dan punya karakter,” katanya.
Dan buat teman-teman mahasiswa yang punya passion di luar jurusan? Jaka punya pesan yang nggak kalah berani:
“Jangan pantang menyerah. Jurusan kamu belum tentu nentuin hidup kamu. Yang penting tekun, jangan berkecil hati, dan yakin sama passion kamu sendiri.”
Jaka mungkin baru di kampus, tapi langkahnya di dunia desain sudah jauh melampaui batas ruang kelas.
Dari denah ke dialog, dari render ke relasi, ia membuktikan bahwa mimpi bisa dibangun dari mana saja asal kamu cukup berani buat mulai.
Penulis: Faza Finnaja
Editor: Nabila Wulyandini













![IMG-20250805-WA0019[1] Wisudawan Terbaik](https://pbi.umsida.ac.id/wp-content/uploads/2025/08/IMG-20250805-WA00191-150x150.jpg)
