pbi.umsida.ac.id — Wisuda bukan hanya tentang mengenakan toga dan menerima ijazah. Bagi sebagian orang, itu adalah momen puncak dari perjuangan panjang yang penuh air mata, tawa, dan tekad yang tak pernah padam.
Di Fakultas Ilmu Psikologi dan Pendidikan (FPIP), Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), ada satu nama yang mencuri perhatian pada wisuda dua minggu lalu. Bukan karena tampil mencolok, tetapi karena prestasinya yang bersinar terang.
Menulis Prestasi Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris
Namanya sudah akrab di telinga teman-teman seangkatannya. Ia dikenal sebagai mahasiswa yang tekun, konsisten, dan memiliki semangat belajar yang luar biasa.
“Aku selalu berusaha memperhatikan dosen saat di kelas,” katanya membuka cerita.
Setelah kelas selesai, ia langsung membuat resume materi pada hari yang sama. Bukan karena disuruh, tetapi karena ia tahu itu cara terbaik untuk memahami pelajaran.
Kebiasaan ini ia lakukan sejak semester satu dan tidak pernah berhenti hingga semester delapan.
Ia juga memiliki standar pribadi yang cukup tinggi. “Setiap semester, aku usahakan jangan sampai ada lebih dari tiga mata kuliah yang nilainya B,” ujarnya.
Lihat Juga: Ketua dan Wakil Hima PBI Umsida 2025/2026 Resmi Dilantik, Siap Bawa Semangat Baru
Begitu masa KRS tiba, ia langsung menyusun strategi: memilih mata kuliah yang membutuhkan perhatian ekstra, lalu mengatur waktu agar bisa belajar lebih dalam untuk mata kuliah tersebut.
Konsistensi adalah kunci, dan ia memegang kunci itu erat-erat.
Antara Tugas, Keluarga, dan Diri Sendiri

Menjadi mahasiswa bukan hanya soal tugas dan ujian. Ada kehidupan pribadi yang juga membutuhkan perhatian.
“Tantangan terbesarku itu melawan rasa malas,” ucapnya jujur.
Namun, ia punya cara untuk tetap waras dan produktif. Setiap awal semester, ia membuat jadwal pribadi. Ia tahu kapan waktunya mengerjakan tugas dan kapan waktunya untuk diri sendiri.
“Kalau lagi kumpul keluarga besar, aku nggak bawa laptop,” katanya. Ia ingin hadir sepenuhnya saat bersama orang-orang tercinta. Keseimbangan itu penting, tambahnya.
Dan siapa yang paling banyak memberi dukungan? “Diri aku sendiri,” jawabnya mantap. Ia tahu betul bahwa motivasi terbesar harus datang dari dalam.
“Banyak air mata yang jatuh selama kuliah,” katanya lirih. Namun justru dari sanalah kekuatannya tumbuh. Ia juga memiliki target besar: melanjutkan studi ke jenjang magister dengan beasiswa. Target itu menjadi bahan bakar semangatnya.
Setiap kali IPK-nya melampaui target pribadi, ia memberi hadiah kecil untuk dirinya sendiri. Reward sederhana, tetapi bermakna.
Dari Kelas ke Panggung Internasional
Tak hanya unggul di kelas, ia juga aktif di luar kampus. Saat tugas kuliah tidak terlalu padat, ia memilih mengikuti berbagai kompetisi.
“Waktu semester empat, aku nulis artikel pertamaku,” ceritanya. Artikel itu membawanya ke kejuaraan di Malaysia.
Tak berhenti di situ, pada semester lima, ia berhasil mempublikasikan artikel ilmiah di jurnal SINTA 4. Prestasi tersebut membuatnya mendapatkan privilege: tidak perlu mengikuti sidang skripsi. Sebuah pencapaian yang tidak semua mahasiswa bisa raih.
Ia juga rajin membaca jurnal ilmiah saat waktu luang. Bukan karena tuntutan, melainkan karena ingin terus belajar.
“Dengan prestasi, aku bisa tahu sejauh mana kemampuanku,” katanya. Ia percaya, prestasi bukan sekadar angka di transkrip, tetapi juga cerminan dari proses panjang yang penuh perjuangan.
Setelah lulus, ia berencana mencari pekerjaan dan beasiswa untuk studi lanjut. IPK tinggi yang ia kantongi menjadi modal penting untuk melangkah ke tahap berikutnya.
Lihat Juga: Outbond Student EAGI Kazakhstan Perkuat Mobilitas Internasional Mahasiswa PBI Umsida
“Aku ingin jadi pendidik yang berkualitas,” ucapnya mantap.
Ia juga merasakan bahwa semangat teman-teman sekelas menjadi penyemangat tersendiri. “Kita saling dukung biar bisa lulus bareng,” katanya.
Ia tahu, setiap orang punya tantangan masing-masing, tetapi kekompakan membuat semuanya terasa lebih ringan.
Di akhir wawancara, ia menyampaikan pesan hangat untuk teman-teman mahasiswa lainnya. “Jangan mudah menyerah,” katanya. “Jangan takut mencoba kegiatan-kegiatan yang ada di Umsida.”
Ia juga mengingatkan pentingnya berdiskusi dengan dosen dan teman. “Jangan sia-siakan kesempatan.”
Karena menurutnya, setiap langkah kecil hari ini adalah pondasi untuk masa depan yang lebih besar.
Penulis: Faza Finnaja













![IMG-20250805-WA0019[1] Wisudawan Terbaik](https://pbi.umsida.ac.id/wp-content/uploads/2025/08/IMG-20250805-WA00191-150x150.jpg)

